Ilusi yang nyata (Part 4)
Part 4
Hari itu aku sedang melihat lihat lowongan kerja online
diinternet. Beberapa lowongan mempunyai persyaratan yang cocok dengan diriku.
Tanpa lama aku langsung mengirim lamaran pekerjaanku via email ke perusahaan
tersebut.
Aku mematikan komputerku, mengambil gitar dan mulai
memainkannya. Aku mempunyai sebuah buku yang berisi lirik dan chord dari
bermacam macam lagu. Aku memainkan lagu dari halaman pertama, sampai akhirnya
aku tiba dihalaman itu. Halaman yang berisi sebuah lagu yang memiliki sebuah
kenangan yang masih jelas ku ingat sampai saat ini.
*Flashback
Malam itu aku sedang nongkrong bersama dengan teman-temanku
disebuah cafe. Menikmati malam dengan lantunan musik yang indah dan suasana
cafe yang benar benar asik.
Sampai tiba-tiba pundakku ditepuk oleh temanku.
Sampai tiba-tiba pundakku ditepuk oleh temanku.
“Gil itu bukannya pacar lu.” Ucapnya dengan jari yang
menunjukan arah.
“Iya tu men kayanya si Wulan itu.” Ucap temanku yang lainnya
menimpali.
“Udah lu tenang dulu. Kita coba pantau.” Ucap temanku yang
lainnya lagi.
Aku hanya terdiam dengan ribuan pikiran berkecamuk dikepala.
Ku lihat Wulan dan pria itu mulai beranjak dari kursinya.
Kami pun ikut beranjak untuk mengikuti kemana mereka akan pergi. Mereka masuk
ke sebuah mobil yang tak jauh dari tempat kami parkir juga.
Mobil itu mulai berjalan, kami mengikutinya, sampai akhirnya mobil tersebut berhenti disebuah hotel. Darahku mulai panas, bergejolak naik hampir menembus ubun ubunku. Aku turun dari mobil mengamati dari kejauhan. Ku lihat Wulan dan pria tersebut mulai beranjak dari receptionist. Aku langsung pergi kesana, dan mencoba bertanya pada receptionist tersebut nomer kamar mereka. Namun ia menolak karena ia sudah mengikuti SOP disana.
Mobil itu mulai berjalan, kami mengikutinya, sampai akhirnya mobil tersebut berhenti disebuah hotel. Darahku mulai panas, bergejolak naik hampir menembus ubun ubunku. Aku turun dari mobil mengamati dari kejauhan. Ku lihat Wulan dan pria tersebut mulai beranjak dari receptionist. Aku langsung pergi kesana, dan mencoba bertanya pada receptionist tersebut nomer kamar mereka. Namun ia menolak karena ia sudah mengikuti SOP disana.
Ku coba menelpon Wulan namun tidak diangkat. Akhirnya ku
coba mengirim pesan.
“Lan kamu lagi dimana?”
Drdttt* Hpku bergetar beberapa menit kemudian.
“Aku dirumah yang. Jangan chat aku dulu ya, aku lagi masak
takut gosong.”
Aku hanya tersenyum miris membaca pesannya. Berpikir dari
kapan ia mulai menghianatiku. Selama ini aku merasa hubungan ini tidak pernah
ada masalah.
Hatiku benar-benar hancur saat itu.
Hatiku benar-benar hancur saat itu.
Aku memutuskan segera pergi dan mengirim sebuah foto yang ku
ambil dicafe tadi.
*Flashback end*
Aku menutup buku lagu itu. Melangkah keluar rumah untuk
menghirup sedikit udara segar.
“Hmm bagaimana mungkin kita bisa bersama lagi setelah semua
itu lan.” Ucapku dalam hati.
*Drrdddttt Drddttt*Sebuah panggilan masuk
*Rina*
“Halo Gil.”
“Halo.”
“Nanti malam kamu jadi kan kerumah?”
“Jadi, kamu mau nitip sesuatu ga?.....Biar aku sekalian beli
nanti dijalan.”
“Enggaaaa.... Eh aku mau ngasih tau kamu
sesuatu.”....”Dengerin ya aku mau bisik bisik biar gaada yang denger.”
“Okeee,”
“Aku kangen hihihhihi.” Ucapnya berbisik membuat leherku
merinding.
“Hahahahha..... Aku juga.”
“Hehehehheh yaudah sampai nanti malem ya gil, byee.”
“Byeee.”
Yap, kami telah jadian. Dimalam itu juga aku menyatakan
perasaanku dan mengajaknya untuk berpacaran. Kira kira seperti ini kejadiannya.
“Gil.”
“Hmm.”
......
“Aku suka kamu.”
Wadaww jantungku kaget bagai mendengar suara mberr motor
beat.
“Gua ga salah denger ni rin hahaha.”
“Dih lu malah ketawa sii.” Ucapnya.
“Hahahahahha.”
“Ihhh malu gua. Turunin gua gillllll.”
“Santai rin santaiiiii.”.....”Dengerin ni gua mau ngomong.”
“RINAAAA.... AKUU JUGA SUKA SAMA KAMU, UDAH LAMAAAAA.”
Teriakku.
“Ihh apaan si gil teriak teriak malu gua ada yang....
“RiNNNN Lu mau ga jadi pacar guaaa?”
.....
“MAUUUUUUU..” Ucapnya ikut teriak. “Hehehehe.”
“Yesss.” Ucapku.
Terasa tangannya makin mempererat pelukan, kepalanya kini
bersandar dipunggungku. Ku perlambat laju motorku untuk merasakannya lebih
lama.
Komentar