Ilusi yang nyata (Part 3)
Part 3 "Reuni"
Saat itu bertepatan pada bulan ramadhan Angkatan SD ku membuat acara buka bersama sekaligus Reuni disebuah café. Aku berniat datang ke sana sendirian. Oiya btw 2 bulan
yang lalu aku dapat pekerjaan, menjadi waitress disebuah rumah makan. Sayang sekali
aku tidak kuat untuk bertahan lebih lama, baru 5 hari aku bekerja, aku
memutuskan untuk resign. Terlalu berat aku tidak sanggup.
Jam 17.00
Aku berangkat dari rumah,
cafenya tidak jauh dari rumahku. Jadi aku santai saja dijalan,itung itung
ngabuburit.
Sedang asik bernyanyi
mengikuti lagu yang ku putar dihandphone, tiba tiba ada panggilan masuk. Aku
menepi melihat siapa yang menelpon.
*Rina* Ku angkat.
“Halo Gil.”
“Halo Rin, Ada apa rin?”
“Gil lu udah berangkat
belum? jemput gw dong.”
“Ini gua lagi dijalan
din. Jemput dimana?”
“Rumah gua gil, masih
inget kan jalannya?”
“Oooo, masih-masih.
Yaudah otw nih.” Ucapku mengakhiri telpon.
Rina adalah teman sdku,
dulu kami sering masang diabang abang sd. Masang bowling, ayam, dan lain lain.
Sudah lama tak ku dengar kabarnya. Sudah lama juga aku tak main ke rumahnya.
Kebetulan, rumahnya Rina searah dengan cafe tempat reuni tersebut.
Saat ku sampai dirumahnya
ia telah menunggu diteras.
“Hi ganteng.”
“Hi juga ganteng.”
“Sialan lu gil.” Ucapnya
lalu memukul tanganku.
“Masuk gil, pamit duls
sama mama.”
Aku pun masuk ke dalam
rumahnya. Berbincang dan bertukar kabar dengan Mama Rina. Ia berpesan agar aku
sering main main kesana, sekalian jangan lupa jagain Rina tambahnya. Setelah
berbincang dan pamit, kami berangkat.
Dijalan Adzan Maghrib
telah berkumandang.
“Yah Rin udah Adzan ni.”
“Lu si lama ngobrol sama
mama.”
“Biasa lah kan mama
mertua.”
“Biisi lih kin mimi
mirtii.” Ucapnya lalu memukul helmku.
“Woy jangan pukul-pukul,
nyungsruk mampus ntar kita.”
Kami akhirnya sampai,
sudah cukup ramai yang datang.
“Idiihhh berdua terus ni
suami istri.” Ucap seorang teman sdku yang bernama rido.
“Diem lu do, gua pukul
gabisa ngomong lagi lu.” Ucap Rina.
“Udah mah tenang mah.”
Ucapku berakting sebagai suaminya.
“Idihhh tu kan Rin.” Ucap
Rido lalu tertawa.
“Lu mau gua pukul juga
gil?”
“Jangan dong mah, cium
baru aku mau.” Ucap gua terkekeh.
“Sini sini.” Rina
menghadap ke arahku lalu mengelus pipiku sambil menatap dalam mataku.
Aku mematung menatap
wajahnya, terlihat transformasi Rina, dari wanita tomboy menjadi feminim yang
benar benar mempesona.
*Plakk*
Aku terkejottt, pipiku
ditampar Rina.
“Hahahha rasain.” Ucap
Rina.
“Hahahha mampus.” Ucap
Rido menimpali.
“Sialan.” Ucapku sambil
mengusap usap pipiku yang panas.
Teman sdku telah datang
semua, dan ya seperti yang kalian tau. Semua berkumpul bersama geng masing
masing. Makanya sebenarnya aku sering malas ikut Reuni karena hal ini. Toh
untuk apa reuni kelas kalau berkumpulnya bersama gengnya masing masing. Mending
bikin aja reuni geng.
Aku pun akhrinya hanya
berbincang bincang bersama Rina Rido dan Yusuf. Dengan yang lainnya paling
hanya sekedar say hello saja. Acara pun akhirnya selesai. Aku mengajak Rido dan
Yusuf untuk Berbincang lagi dilain tempat, namun mereka menolaknya dengan
beralasan masih ada acara lagi ditempat lain.
Ketika diparkiran ada
seorang wanita yang datang menghampiriku.
“Ragil ya?”
Aku terdiam.
“Kamu masih inget aku
ga?”
“Inget lah lan.”
“Haha kirain kamu lupa.”
“Ga mungkin lupa lah
wulan.” Ucapku. “ Bahkan aku belum lupa kejadian waktu mergokin kamu jalan sama
cowo lain dimalam itu.” Sambungku.
“eee...
“Dah lan, aku duluan.”
Ucapku. “Ayo yang.” Sambungku sambil menggenggam tangan Rina yang sedang
terpatung menatap kami.
Aku langsung pergi dari
tempat itu, daritadi aku tidak sadar bahwa mantanku juga hadir diacara itu.
*diperjalanan*
“Yang yang yang yang
palalu peang.” Ucap Rina.
“Acting gua cuy hahahha.”
“Acting acting, itu
namanya lu menghancurkan pasaran gua gil.”
“Hah gimana-gimana?”
“Iya, gara gara lu
manggil gua yang, bisa bisa si wulan ngasih tau ke orang orang kalo gw
pacarlu.”
“Dih gapapa kali rin,
emang lu gamau pacaran sama gua?”
“Dih ini lu mancing gua
apa gimana ni?”
“Hhahaha kagaaa. Eh ujan
rin.” Tiba tiba hujan turun tanpa permisi. Aku menepikan motor untuk berteduh.
“Rin gua bawa jas ujan 2
ni ditas. Mau lanjut ga?”
“Tar dulu gil gua masih
belum mau pulang.”
“Yaudah pake jas ujan
kita cari tempat nongkrong.”
“Bentar gil, gua mau
menikmati hujan dulu nih, udah lama ga hujan.”
Rina termenung menatap
hujan, seperti banyak hal yang mengganggu dipikirannya.
“Gil.” Ucapnya tiba tiba.
“Iya?”
“Lu masih suka sama
Wulan?”
“Engga, sama sekali
engga.” ... “Semua perasaan gua udah lenyap setelah kejadian itu rin.” Lanjut
gua.
“Tapi kenapa tadi lu
kelihatan kesel pas dia nyapa lu?”
“Hmm..” Gua menarik nafas
panjang. “Feeling rin, feeling gua bilang kalau Wulan masih ada perasaan sama
gua. Dan dia sendiri masih sering ngontek gua buat coba perbaiki hubungan kita
lagi. Jadi lebih baik gua seperti tadi, gua mau dia mengubur semua perasaannya.”
“Lu ga coba kasih
kesempatan kedua?”
“Ga Rin, gua gabisa. Otak
gua ga mengijinkan hati gua untuk patah lagi dengan orang yang sama.”
Rina terdiam cukup lama.
“Pulang yuk gil.” Ucapnya
memecah suasana.
“E-eh yuk.”
Kami akhirnya berjalan
pulang. Rina terdiam sepanjang perjalanan, aku sungguh tak tau apa yang sedang
terjadi dalam pikirannya. Hujan yang telah reda meninggalkan angin yang cukup
dingin terasa. Perlahan tangannya melingkar erat diperutku. Dagunya pun tak
ketinggalan untuk menumpang mesra dipundakku.
“Gil.”
“Hmm.”
.......
“Aku suka kamu.” Bisik
suara lembut itu.
Komentar